Portal Berita Derah, Nasional dan Global

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Senin, 15 Maret 2021

KKN di Pajang, Mahasiswa Politeknik Santo Paulus Surakarta Ajari Warga Bikin Hand Sanitizer dan Membuat Karak Gendar Pelangi

  

SOLOSKOY.COM, SOLO – Meski pandemi Covid-19 masih terjadi, mahasiswa Politeknik Santo Paulus Surakarta dengan segala keterbatasan aktivitasnya tetap melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Pada  25 Januari 2021 hingga  28 Febuari 2021 mereka melakukan KKN Tematik bertema “Kemandirian Masyarakat di Era New Normal”.

Kegiatan KKN secara online dan offline ini digelar di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Salah satu kegiatan KKN mahasiswa Politeknik Santo Paulus Surakarta di Pajang. FOTO : ISTIMEWA

Menurut Direktur Politeknik Santo Paulus Surakarta, F Pramonodjati S TP MKes, kegiatan dalam KKN antara lain pembuatan hand sanitizer, pengecekan kesehatan, training online pembuatan karak gendar pelangi menggunakan bunga telang, pembuatan susu kedelai, dan pemanfaatan herbal di sekitar untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Semakin Mandiri

“Kami berharap melalui kegiatan KKN ini masyarakat semakin mandiri dan bisa bangkit dengan segala keterbatasan mereka, dan terjadi kolaborasi yang apik antara lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan masyarakat,” ucapnya, dalam siaran pers  yang dikirim ke Redaksi SoloSkoy.com, Selasa (16/03/2021)

Sedangkan Koordinator KKN tersebut, Laela Nur Rokhmah S TP M.Sc, menyatakan kegiatan ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kepekaan dan  kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat.

“Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kemampuan bekerja sama untuk para mahasiswa,” ujarnya.

Tiga Prodi

Adapun KKN ini diikuti oleh 14 orang mahasiswa tiga program studi (prodi) yaitu Prodi Teknologi Rekayasa Pangan, Teknologi Laboratorium Medis dan Kimia Industri.

“Meskipun dengan segala keterbatasan aktivitas, KKN berhasil dilaksanakan dengan lancar dan mendapat respons baik dari warga,” kata Laela.

“Hal tersebut terlihat dari antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan online maupun offline,” ujarnya menambahkan.

Khusus kegiatan offline, Laela menjelaskan, dilakukan dengan menjalankan protokol kesehatan (prokes) ketat, membatasi jumlah warga dan waktu kegiatan, serta sepengetahuan pengurus RT setempat.

"Selain itu, mahasiswa dan dosen sudah menjalani tes rapid dahulu sebelum melakukan kegiatan tersebut,” katanya. (jun)

Share:

2 comments:

Arsip