Portal Berita Derah, Nasional dan Global

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Sabtu, 16 Oktober 2021

Mengenang Liputan “24 Jam Bersama Ba’asyir” 19 Tahun Silam (5)

Sebuah arsip liputan "24 Jam Bersama Ba'asyir" yang dimuat Harian Surya edisi Oktober 2002.

SAYA lupa tanggal dan harinya (sebelum 11 Oktober 2002), tetapi saya masih ingat bahwa saat itu kesibukan di kompleks Ponpes Al Mukmin Ngruki terlihat meningkat, dan suasana terasa tegang.

Seingat saya pula, hal itu terjadi karena pemberitaan media tentang Ustaz Abu Bakar Ba'syir semakin panas, banyak menyebut dugaan dia terlibat dalam kasus-kasus terorisme.

Sampai kemudian, saya mendapat kabar bahwa Ustaz Abu beberapa hari mendatang akan pergi ke Jakarta naik Kereta Api (KA) Argo Dwipangga berangkat dari Stasiun Solo Balapan pada malam hari.

Saya mencari kepastian tentang informasi tersebut ke beberapa sumber.

Tatkala sumber-sumber saya memastikan kebenaran kabar tersebut, saya bergegas ke Stasiun Solo Balapan untuk membeli tiket kereta yang sama dengan kereta yang akan dinaiki Ba'asyir.

Berhasil!

Maka saya pun kembali ke Ngruki dengan perasaan tenang dan senang.

Tetapi ternyata ada perubahan rencana dari Ustaz Baa'syir dan kawan-kawan.

Mengubah Jadwal

Entah dengan pertimbangan apa, mereka mengubah jadwal perjalanan ke Jakarta dari malam (naik sepur) menjadi pagi besuknya (naik pesawat terbang).

Tentu ini bakal merepotkan saya karena sudah telanjur membeli tiket sepur.

Setelah memperoleh kepastian perubahan rencana itu saya segera menghubungi bos saya di Mabes Surya di Surabaya.

Jawaban bos : kembalikan alias batalkan karcis sepur ke Stasiun Solo Balapan (minta uang dikembalikan dengan potongan biaya administrasi), dan beli tiket pesawat sama dengan yang akan dinaiki Ba'asyir ke Jakarta!

Tentu ini juga akan merepotkan. Sebab, selain harus membeli tiket dadakan, dompet saya juga nyaris kosong karena uang sudah saya pakai beli tiket sepur....

Dipinjami Uang

Beruntung, seorang kawan jurnalis kala itu, Blontank Pur, meminjami saya sejumlah uang (banyak!) untuk membeli tiket pesawat saat dia mendengar kabar saya butuh duit mendadak.

Satu masalah teratasi.

Masalah lain, apa bisa saya beli tiket pesawat secara mendadak, apa akan dilayani?

Bos saya dari Surabaya memberi saran agar saya kepada petugas di loket tiket Garuda bilang bahwa saya jurnalis, dan menunjukkan kartu pers.

"Pasti akan dibantu," katanya.

Saya ikuti saran itu, dan segera naik sepeda motor ke Bandara Adi Sumarmo.

Dapat Kemudahan

Ternyata benar, saya mendapat kemudahan berkat kartu pers Surya, kemudian balik lagi ke Ngruki dengan mengantongi sebuah tiket Garuda jurusan Yogyakarta - Jakarta.

Lho, bukan rute Solo-Jakarta?

Bukan. Saat itu pesawat yang akan dipakai Ba'asyir memang dari Jogjakarta ke Jakarta, mungkin dengan pertimbangan agar memperoleh penerbangan pagi-pagi (seingat saya sekitar pukul 06.00 WIB).

Sesuai saran bos saya di Surabaya, agar tiket sepur tidak hangus karena batal dipakai, saya harus ke Stasiun Solo Balapan untuk membatalkan tiket.

Tapi saya tidak mau meninggalkan Ngruki lagi karena saya tidak mau kecolongan berita jika terjadi hal-hal tak diinginkan atas diri Ba'asyir.

Berhasil Batalkan Tiket

Saya memutar otak. Akhirnya, saya hubungi seorang kakak saya untuk minta tolong membatalkan tiket ke stasiun.

Saya minta dia segera datang ke Ngruki agar mengambil tiket, kemudian membawanya ke Solo Balapan.

Kakak saya mengiyakan, dan akhirnya masalah pembatalan tiket pun beres.

Saya kemudian menemui Ba'asyir, mengatakan bahwa besok akan ikut ke Jakarta dengan penerbangan yang sama, sambil menunjukkan tiket pesawat milik saya.

Tak Keberatan

Ustaz Abu tidak keberatan, malah mengajak saya agar nanti berangkat bersama dari Ngruki ke Bandara Adisucipto Yogyakarta, kemudian terbang ke Jakarta.

Maka, besoknya, dini hari sekitar jam 04.00 WIB saya sudah tiba di Ngruki, lalu bermobil bersama Ba'asyir ke bandara di Yogyakarta.

Waktu itu kami naik Mercy Baby Benz milik pengusaha plastik Solo yang juga pendukung Ba'asyir, Suparno, yang akrab dipanggil Mbah Parno.

Setelah kami tiba di bandara, Mbah Parno  bersama sopirnya langsung kembali ke Solo.

Selang beberapa saat kemudian, saya dan Ba'asyir, yang duduk berjauhan, bersama para penumpang lain lepas landas dari bandara, dan terbang ke Jakarta. (BERSAMBUNG)

Share:

1 comments: