Suasana zikir dan tahlil Malam Selikuran yang diselenggarakan oleh LDA Keraton Surakarta. FOTO : ISTIMEWA |
SOLOSKOY.COM,
SOLO - Bagi umat Islam, 20 hari terakhir di bulan Ramadan, khususnya di
malam-malam hari ganjil, dipercaya sebagai turunnya Lailatul Qadar yang disebut
lebih mulia daripada seribu bulan.
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) pun merayakannya, dengan acara yang disebut
Malam Selikuran.
Malam
Selikuran Ramadan 1.442 Hijriyah digelar oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) yang
diketuai GKR Wandansari Koes Moertiyah dengan zikir dan tahlil di Masjid Agung Keraton Surakarta, Minggu (2/05/2021) malam.
"Karena
masih pandemi Covid-19, untuk Malam Selikuran kali ini tidak menyelenggarakan
arak-arakan,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum LDA Keraton
Kasunanan yang juga suami Koes Moertiyah, Dr KP Eddy Wirabhumi, kepada wartawan
di sela-sela acara.
“Kerabat
Kraton Surakarta yang tergabung dalam Lembaga Dewan Adat hanya melakukan tahlil dan
zikir di Masjid Agung Kraton Surakarta,” katanya.
Diizinkan
Satgas Covid-19
Kanjeng
Wira, panggilan akrab Eddy Wirabhumi, mengatakan sudah mendapatkan perizinan
untuk penyelenggaran acara tersebut dari Satgas Covid Kota Solo dan Polsek
Pasarkliwon.
“Alhamdulillah
prosesi Malam Selikuran berjalan lancar, khidmad dilaksanakan setelah salat
Taraweh, waktunya pun kita persingkat cukup 30 menit tanpa meninggalkan
kesakralannya," kata dia.
Adapun
tradisi Malam Selikuran awalnya dikembangkan oleh Raja Mataram Islam, Sultan
Agung Hanyakrakusumo (1613-1645).
Akan
tetapi, ritual ini sempat mengalami pasang surut.
Masa
Puncak
Di
Keraton Surakarta, Malam Selikuran dihidupkan lagi oleh Pakubuwana IX
(tahun 1861 – 1893), dan mengalami puncaknya pada masa Pakubuwana X
(tahun 1893 – 1939).
Malam
Selikuran merupakan tradisi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam
menyambut malam ke-21 atau 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Dalam
kondisi normal, saat tidak ada pandemi, arak-arakan pembawa tumpeng dan lampu ting atau
pelita, dilakukan dari Masjid Agung menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan berakhir
di Joglo Sriwedari
Karena
sekarang masih pandemi Covid-19, arak-arakan itu ditiadakan.
Ajukan
Surat
Sebelumnya
pihak LDA Keraton Surakarta telah mengajukan surat permohonan kepada Satgas
Covid, tanggal 26 April 2021, lalu kemarin izinnya turun.
“Tanggal
27 April kami bersurat, memberitahukan kepada masjid, Polsek dan Koramil ,
bahwa kita akan melakukan kegiatan itu,” kata Kanjeng Wira .
Pihak
LDA kemudian mengirim surat lagi kepada masjid, memberitahukan bahwa pihak LDA
tetap akan menyelenggarakan itu, karena mempunyai izin penyelenggaraan
dari Satgas Covid-19.
"Pihak
kami tidak mengadakan arak-arakan, tapi hanya zikir, tahlil di masjid,”
katanya. (jun)
Pandemi covid memang berpengaruh ke banyak hal
BalasHapusGara2 pandemi
BalasHapusNggih mpun sae. Kraton Surakarta bisa tetap eksis klu ritual adat tetap dilaksanakan.semoga konflik berkepanjangan bisa reda dgn win-win solution
BalasHapus