Portal Berita Derah, Nasional dan Global

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Senin, 13 September 2021

Mengenang Liputan “24 Jam Bersama Ba’asyir” 19 Tahun Silam (4)

Sebuah arsip liputan "24 Jam Bersama Ba'asyir" yang dimuat Harian Surya edisi 24 Oktober 2002.

MESKI saat itu berita-berita media massa cenderung memojokkan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir namun dia tetap berkegiatan seperti biasanya, di dalam maupun di luar Ponpes Al Mukmin Ngruki.

Di dalam ponpes, Baa’syir antara lain mengajar para santri.

Di luar ponpes, Ustaz Abu mengisi pengajian di beberapa tempat, di Kota Solo maupun Solo Raya (wilayah kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Solo).

Saya pernah meliput pengajiannya, malam hari, di sebuah masjid di kawasan Penumping, Kecamatan Laweyan, Solo.

Aparat Memantau

Saya menyaksikan, tatkala Ba’asyir mengisi pengajian di masjid dalam kampung di barat Stadion Sriwedari tersebut, banyak aparat keamanan tidak berseragam memantau di dalam maupun di luar masjid.

Isi pengajian atau ceramah Ba’asyir keras, tapi tidak bernuansa provokatif.

Tak terjadi insiden apapun sampai acara pengajian berakhir menjelang tengah malam.

Pun demikian tatkala Ustaz Abu dan rombongan meninggalkan masjid kemudian kembali ke Ponpes Al Mukmin Ngruki, ponpes sekaligus tempat tinggalnya bersama keluarga.

Tak Keluar Ponpes

Ada kalanya Ba’asyir berhari-hari hanya berkegiatan di dalam ponpes.  Maka saya pun berhari-hari hanya meliput di seputar ponpes, dan biasanya stand by di depan pintu masuk ponpes yang dikunci dari dalam.

Selama itu saya tidak pernah melihat petugas intelijen atau aparat lain yang memantau ponpes. Mungkin mereka mengambil tempat agak jauh dari pintu ponpes, misalnya di rumah-rumah warga.

Biasanya saya datang sekitar pukul 09.00 WIB, dan pulang menjelang pukul 23.00 

Di sela-sela waktu itu saya selalu pergi meninggalkan ponpes untuk ke warung internet (Warnet) yang berjarak sekitar empat kilometer dari Ngruki, untuk menulis berita.

Saat itu, 19 tahun silam, belum ada ponsel pintar yang memanjakan jurnalis (dan orang-orang lain) untuk sangat gampang mengakses internet seperti sekarang.

Ribet

Jadi, bisa bayangkan betapa ribetnya aktivitas saya bolak-balik dari Ponpes Al Mukmin Ngruki ke warnet….

Apalagi, dalam satu hari saya bisa berkali-kali pergi ke warnet, lalu kembali lagi ke ponpes. Tergantung banyaknya bahan atau materi berita yang saya peroleh.

Bahan berita ini bisa hasil wawancara dengan pihak ponpes (Ustaz Abu maupun lainnya, termasuk para santri), atau wawancara dengan warga setempat, atau dengan tamu yang datang ke ponpes, atau bahan-bahan lain. (BERSAMBUNG)

Share:

3 comments:

Arsip