Portal Berita Derah, Nasional dan Global

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Jumat, 18 Juni 2021

Sruti Respati Luncurkan Lagu Baru, Berkolaborasi dengan Perupa Nasirun dan Saka Praja, Putra Alm Didi Kempot

 

Sruti Respati (kanan) bersama Saka Praja Kempot. FOTO : ISTIMEWA

SOLOSKOY.COM, SOLO - Penyanyi keroncong asal Kota Solo, Jateng, Sruti Respati, meluncurkan karya terbarunya.

Kali ini lewat lagu berjudul Taiyou (Matahari) dan Bintang-bintang dengan genre keroncong progresif.

Launching dua karya terbaru Sruti Respati itu dilakukan Jumat (18/6/2021) bertempat di Rumah Makan Laras Rasa, Siwal, Gentan, Sukoharjo.

Dua karya terbarunya ini menambah deretan karya-karya Sruti Respati sebelumnya.

Penyanyi yang malang melintang di jagat tarik suara Indonesia ini memang dikenal cukup produktif dalam menelurkan karya-karya single.

Penyanyi Sruti Respati. FOTO :  SUARAMERDEKA.COM
Bangkit Saat Pandemi Covid-19

Lagu Matahari dan Bintang-bintang diinpirasi dari semangat untuk bangkit di saat pandemi Covid-19.

Sejak masa pandemi Covid-19 tahun 2020 yang lalu, saya melihat banyak kegelisahan, rasanya semesta sedang hibernasi dan memulihkan energinya dari kelelahan panjang,” ujar Sruti, dalam siaran persnya.

Sesunggukhnya alam tetap setia merawat kehidupan. 

Matahari tetap bersinar, Bintang-Bintang tetap menerangi malam dan menyemai benih-benih mimpi dan harapan,” kata Sruti.

Dipulihkan oleh Alam Semesta

Sruti memiliki keyakinan, bahwa sesungguhnya kita sedang dipulihkan oleh semesta.

Melalui alam semesta, kita sedang dibersihkan, dipulihkan, dimurnikan, diberi energi untuk menjadi baru,” ucapnya menegaskan.

Dengan menyatu pada alam, kita akan menjadi kekuatan bagi semesta untuk merawat kehidupan, ujar Sruti.

Pandemi ini juga berkah’ bagi dirinya karena diberi kesempatan mengapresiasi semesta melalui karya baru berjudul Taiyou (Matahari) dan Bintang-bintang.

Dalam karya Matahari, Sruti erkolaborasi dengan sahabatnya yang seorang perupa dari Yogyakarta yakni Nasirun.

Selain itu Sruti juga didukung Jackson Chase, violin dari Amerika Serikat (AS).

Tentang Taiyou (Matahari)

Sruti berkisah tentang penciptaan lagu Matahari.

Akhir 2019 saya diperdengarkan lagu berjudul Matahari ciptaan Robertus Grassianus, beliau meminta saya menyanyikan lagu tersebut, namun Karena terkendala pandemi, akhirnya baru terealisasi di tahun 2021 ini,” katanya.

Saya dibantu oleh teman yang berada di Jepang, Kayo Kimura, untuk menerjemahkan lirik dalam bahasa Jepang,” kata Sruti.

Kemudian dirinya tertarik merekam lagu Taiyou ini karena dalam pemahamannya, Matahari memiliki peran kunci dalam kehidupan semesta.

Dalam Lagu Taiyou saya diiringi oleh Keroncongisasi yang terdiri dari anak-anak muda Solo, dan saya juga berkolaborasi dengan adik saya Jackson Chase, dia tinggal di USA, dengan komunikasi digital,” ucap Sruti.

Sedangkan ide kreatif dibantu penulis dan sutradara Agus Noor,” katanya.

Tentang Bintang-bintang

Adapun lagu Bintang-Bintang diberikan kepada Sruti pada Juni 2020, lalu dia menulis liriknya pada 25 Juni 2020.

Karena pandemi pula, lagu Bintang-Bintang baru dapat terealisasi di tahun 2021 ini,” katanya.

Baginya, setiap impian akan selalu bertemu dengan harapan.

Dalam lagu Bintang–Bintang, Sruti berkolaborasi dengan Saka Praja Kempot, putra almarhum Didi Kempot, dan Bintang Indrianto, Bassist Indonesia, serta Nasirun sang perupa Indonesia.

Saya bersyukur karena dalam lagu Bintang–bintang ini saya diberi kesempatan berkolaborasi dengan para bintang,” katanya.

Masyarakat Jepang

Robertus Grasianus, sang pencipta lagu, menambahkan, lagu Matahari awalnya hanya diciptakan dalam Bahasa Indonesia.

Namun karena pertimbangan agar juga bisa dinikmati masyarakat Jepang yang sebagian juga menyukai musik keroncong, maka kemudian lagu ini juga diterjemahkan dalam Bahasa Jepang dengan judul Taiyou yang artinya Matahari.

Untuk menerjemahkan lirik ke Bahasa Jepang, dibantu oleh rekan seniman Jepang yang bernama Kayo Kimura.

“Setelah diskusi berdua dengan Mbak Sruti akhirnya lagu ini kita terjemahkan ke dalam Bahasa Jepang,” katanya.

Selain sebagian orang Jepang menyukai keroncong, pertimbangan lain karena matahari adalah simbol kebesaran orang Jepang,” ucap Robertus Grasianus. (jun)

Share:

3 comments: